kandungan surat albayyinah


ayat 1 - 3
"Tidaklah orang-orang yang kafir dari ahli-kitab dan musyrikin itu." (pangkal ayat 1).


Kafir di sini ialah orang-orang yang menolak, yang tidak mau percaya, tidak mau menerima kebenaran yang
dibawa oleh Rasul s.a.w. Mereka itu terdiri daripada ahlul-kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, dan kaum
musyrikin yang masih menyembah berhala. Artinya tidaklah; "Akan meninggalkan (pendirian mereka),
sampai datang bukti kepada mereka." (ujung ayat 1).
Arti ayat ini ialah bahwasanya ahlul-kitab (Yahudi dan Nasrani), demikian juga kaum musyrikin, baik yang
berada di Makkah atau di luar Makkah, akan tetaplah memegang teguh pendirian mereka, kepercayaan yang
mereka terima dari nenek-moyang turun-temurun, sampai satu waktu datang kepada mereka keterangan yang
penuh dengan bukti-bukti kebenaran.
"(Yaitu) Rasul dari Allah." (pangkal ayat 2). Yakni Nabi Muhammad s.a.w. yang telah diutus Tuhan
menyampaikan seruan kebenaran; "Yang membacakan lembaran-lembaran yang suci." (ujung ayat 2).
Lembaran-lembaran yang suci itu ialah catatan-catatan al-Quran yang telah mulai ada pada waktu itu.
Meskipun beliau tidak pandai menulis dan membaca, namun oleh karena ayat-ayat Tuhan itu telah hapal oleh beliau sejak ia diturunkan, mudahlah bagi beliau membacakan di hadapan mereka. Dijelaskan di dalam ayat
ini bahwa dia tertulis dalam lembaran-lembaran yang suci; Suci dari campuran tangan manusia, tidak
diselipkan di dalamnya kata-kata orang lain, walaupun kata Muhammad sendiri. Bersih suci daripada
keraguan, suci daripada sikap munafik dan suci daripada kesesatan. Kata Qatadah: "Suci dari batil." Kata
yang lain: "Suci daripada dusta, syubuhat dan kufur."
"Di dalamnya ada kitab-kitab yang lurus." (ayat 3). Arti kitab-kitab di sini ialah peraturan atau perintah. Di
dalam al-Quran memang bertemu berbagai perintah yang disebut kitab; "kutiba `alaikum"[1], diperintahkan
ke atas diri kamu. Di dalam lembaran yang suci itu termaktublah peraturan-peraturan perintah dan larangan
yang dipikulkan ke atas pundak manusia, untuk keselamatan mereka dunia dan akhirat. Peraturan itu adalah
lurus, tegas dan kokoh.Kitab-kitab yang lurus, al-Kutubul-qayyimah itu ialah al-Quran.
Makna urutan ketiga ayat ini ialah bahwa ahlul-kitab, Yahudi dan Nasrani, ditambah dengan kaum musyrikin
memegang teguh pendirian mereka, tidak mau meninggalkan pendirian itu, tidak mau berkisar. Tetapi setelah
datang keterangan dan bukti-bukti yang dibawa oleh Nabi s.a.w. mulailah kepercayaan yang dipegang teguh
itu bergoncang.Segala kepercayaan yang selama ini dipegang sebagai pusaka, laksana "barang larangan" yang tidak boleh
dibongkar dan diutik-utik, semua sekarang telah mendapat bandingan. Wahyu yang dibawa oleh Muhammad
mengetuk hati sanubari dan mengajak akal supaya berfikir. Itu semuanya membawa kegoncangan. Di antara
mereka tentu saja ada yang ragu akan sesuatu yang dipegang teguh selama ini.

ayat 4-5
"Dan tidaklah berpecah-belah orang-orang yang diberi kitab itu, melainkan sesudah datang kepada mereka
pembuktian itu." (ayat 4)
Seyogianya bila keterangan dan pembuktian telah datang tunduklah mereka kepada kebenaran. Tetapi setelah
pembuktian dan penerangan itu datang, bukanlah mereka segera tunduk, melainkan mereka menjadi berpecah-
belah, bermusuh-musuhan, yang satu menyalahkan yang lain. Dan tidak satu jua pun yang sudi
menerima kebenaran. Terutama terhadap diri Nabi Muhammad s.a.w. Di dalam kitab-kitab suci yang telah
terdahulu telah ada isyarat akan kedatangannya. Musa telah menjanjikan, Isa pun telah menyebutkan dan
mereka sendiri pun percaya akan ada lagi Nabi Akhir Zaman yang akan menggenapkan seruan Rasul yang
telah terdahulu.
Tetapi setelah Rasul itu datang dengan nyata dan tak dapat dibantah lagi kebenarannya, mereka pun
berpecah.
Pada ayat yang pertama disebut ahlul-kitab dan musyrikin. Pada ayat 4 ini ditonjolkan ahlul-kitab saja.
Dapatlah kita mengambil perbandingan, sedangkan ahli-kitab yang telah pernah kedatangan Rasul lagi
membantah dan berpecah-belah menerima Rasul, apatah lagi kaum musyrikin.Apakah sebab timbul perpecahan itu? Ditilik dari ilmu kemasyarakatan dapat diambil kesimpulan bahwa
mereka berpecah karena soal ini telah dipersangkutkan dengan kepentingan peribadi dan kedudukan
"Bayyinah" atau pembuktian yang dibawakan Nabi Muhammad s.a.w. di dalam al-Quran itu tidaklah selisih
dengan isi kitab mereka, dan mereka pun telah diberitahu dalam kitab-kitab itu bahwa Nabi itu akan datang.
Tetapi setelah beliau betul-betul datang, mereka tidak mau lagi, mereka berpecah. Ada yang menerima dalam
hati, tetapi takut kepada masyarakatnya sendiri akan dibenci oleh mereka. Dan ada juga yang didorong
menolaknya oleh rasa benci dan dengki.
"Padahal tidaklah mereka itu diperintah, melainkan supaya mereka menyembah kepada Allah." (pangkal ayat5). Kepada Allah sahaja, tidak dipersekutukan yang lain dengan Allah; "Dengan mengikhlaskan agama
karena-Nya. "Segala amal dan ibadat, pendeknya segala apa jua pun perbuatan yang bersangkutan dengan
agama, yang dikerjakan dengan kesadaran, hendaklah ikhlas karena Allah belaka, bersih daripada pengaruh
yang lain; "Dengan menjauhkan diri dari kesesatan. "Itulah yang dinamai agama hanif, jama'nya hunafaa-a.
Yaitu condong kepada kebenaran, laksana jarum kompas (pedoman), ke mana pun dia diputarkan, namun
jarumnya selalu condong ke Utara. Demikianlah hendaknya hidup manusia, condong kepada yang benar,
tidak dapat dipalingkan kepada yang salah; "Dan supaya mendirikan sembahyang,'' yaitu dengan gerak-gerik
tubuh yang tertentu, dengan berdiri dan ruku' dan sujud mengingat Allah, membuktikan ketundukan kepada
Allah; "Dan mengeluarkan zakat," yaitu mengeluarkan sebahagian dari hartabenda buat membantu hidup
fakir miskin, atau untuk menegakkan jalan Allah di dalam masyarakat yang Iuas, sehingga dengan
sembahyang terbuktilah hubungan yang kokoh dengan Allah dan dengan zakat terbuktiah hubungan yang
kokoh dengan sesama manusia.
"Dan yang demikian itulah agama yang lurus." (ujung ayat 5).Tidaklah mereka itu dijatuhi perintah melainkan dengan segala yang telah diuraikan itu; menyembah Allah,
ikhlas beribadat, condong kepada berbuat baik, sembahyang dan berzakat. Itulah dia inti agama. Itulah yang
dibawa oleh Nabi-nabi sejak syariat diturunkan di zaman Nabi Nuh, sampai kepada Nabi yang sekarang ini,
Muhammad s.a.w. Maka kalau hendak dihimpunkan sekalian perintah agama yang dibawa Nabi-nabi, inilah
dia himpunan perintah itu. Kontak dengan Allah, mengakui Keesaan Allah, beribadat kepadaNya sahaja,
tidak kepada yang lain, sembahyang dan berzakat. Maka kalau mereka itu tidak menurutkan kehendak hawa
nafsu, patutlah mereka menerima menyambutnya. Karena isi ajaran tidaklah merobah isi kitab yang mereka
pegang, melainkan melengkapinya.
Syaikh Muhammad Abduh di dalam tafsir Juzu' `Ammanya memberi peringatan, bahwa meskipun ayat ini
turun mengkisahkan sikap ahlul-kitab, namun penyakit semacam ini telah banyak bertemu dalam kalangan
kaum Muslimin. Meskipun Firman Ilahi dan Sabda Rasulullah s.a.w. telah terang benderang dan jelas isinya,
masih pula terdapat perpecahan di kalangan kaum Muslimin, ta`ashshub mempertahankan golongan masingmasing,
sehingga di antara Muslimin sesama Muslimin pun terjadi perpecahan. Beliau berkata: "Bagaimana
pendapatmu tentang keadaan kita (kaum Muslimin)? Bukankah hal inl telah diingatkan oleh Kitab suci kita
sendiri, yang telah membuktikan buruknya amal-amal kita, sehingga kita pecah-berpecah dalam hal agama,
sampal bergolong-golong, sampai amalan kita penuh dengan perbuatan baru yang diada-adakan dan
perbuatan bid`ah?

Komentar